BuBBLe

Dikutip dari: http://ade-tea.blogspot.com/2011/04/bubble-cursor-effect.html#ixzz1p0LionsH

WELCOME IN OLA's BLOG :p

maaph kalo jeleeek..baru pertama kali niih-___-"
masih anak TK bangeet..hehe :)
jgn nyesal udh liat blog akuu yaa. *walaupun isinya entah apa". +_+


salam manis,
Yola Dhazira

Selasa, 13 Maret 2012

Cerpen : RAHASIA NADIA


Di sebuah kelas 9 di SMP Bintang Asia, Ibu Alya sedang membagikan kertas hasil ulangan Matematika.Kertas ulangan dibagikan Bu Alya, guru matematika sekaligus wali kelas IX 4. Anak-anak menahan nafas sambil berharap-harap cemas. Bu Alya bilang, hasil ulangan kali ini jelek-jelek. Kecuali satu orang yang mendapat nilai 100. Ternyata yang mendapat nilai 100 adalah Nadia. Seisi kelas kaget dan tak menyangka kalau Nadia bisa ,mendapat nilai tertinggi.
Angin pada siang hari dibawah pohon mangga yang rindang itu terasa sejuk. Langit cerah dengan awan-awan tipis membentuk gambar boneka. Nadia memandang langit sambil tersenyum. Ia menutup buku harian nya. Sementara tak jauh dari tempat itu, Argo, Arfan, dan Satria terus mengamati gerak-gerik Nadia dengan rasa penasaran.
“Dia sudah selesai menulis” bisik Argo. “Kita harus tau apa sebenarnya yang ditulis oleh Nadia” sela arfan. Satria menjawab dengan pandangan mencibir, ”Aku pikir ia hanya menulis kan suasana hatinya di buku harian, jadi menurut ku, tidak ada yang istimewa dari buku harian itu”. “Tapi kita tetap harus tau apa yang ditulisnya itu! Ayo kita dekati dia”. Jawab arfan lagi sambil mendekati Nadia yang duduk sendirian.
“Hai Nadia!” sapa mereka saat sudah berada di dekat Nadia. “Eh, Argo, Arfan, Satria.. Ada apa nih? Kok tumben kalian datang kemari?” Tanya nadia denagn rasa penasaran. “Ah, kamu nggak tau sih, kami kan sering menunggu jemputan disini. Ya kan Sat?” bohong arfan. “Iya” Satria membenarkan. Nadia meletakkan buku harian nya diatas buku pelajarannya, “Oh ya? Kok aku nggak pernah ketemu kalian ya?” “hmm, mungkin kamu terlalu serius menulis buku harian. Jadi tidak pernah memperhatikan kedatangan kami” ujar Arfan. “iya, benar!” angguk Satria sambil melirik kearah Argo untuk mengambil buku harian  Argo pun berpura-pura haus dan mengajak nadia untuk membeli minum ke kantin dan meninggalkan Satria dan Arfan untuk bisa mengambil buku harian Nadia.
Beberapa menit kemudian ,Argo dan Nadia datang. Argo, arfan dan Satria langsung berpamitan dengan Nadia untuk segera lekas pulang.
Siang hari, sepulang sekolah, mereka berkumpul di rumah Arfan. Sambil membuka-buka buku harian Nadia. “Kok isinya cuma ini aja sih??” cibir Arfan. “Iya, aku  pikir isi buku harian nya tentang curhatan nya, atau paling tidak berisi rumus-rumus Matematika, eeh, ternyata hanya berisi tips belajar yang baik.” Gerutu Argo lagi. “huh, kalo itu aja sih aku juga tau! Misalnya, tiap malam kita harus belajar, mengulang lagi pelajaran di rumah, ahh,  basi!” satria melempar buku harian itu ke atas kasur.
Arfan mengambil buku harian Nadia dan membuka-bukanya lagi. “Eeh, tunggu-tunggu! Coba kamu baca yang ini! di sini ditulis, jangan pernah terpengaruh orang lain. Apa pun bujukan teman-teman, kita harus tetap memegang teguh prinsip kita yang benar. Pergi jalan-jalan ke mal atau menonton bioskop memang asyik, tapi itu nomor dua. Yang paling utama, selesaikan dulu tugas belajar. Jangan pedulikan ancaman teman-teman seandainya mereka mengancam tidak akan mau berteman lagi dengan kita, hanya karna kita tidak mau bergabung dengan ajakan mereka. Jangan pernah takut, selama kita berada pada posisi yang benar” Arfan membaca panjang lebar.
“Eeh, itu kan cerita mengenai diri kita! Kita selalu mengancam tidak akan mau berteman dengan nya ijka dia tidak mau ikut kita jalan-jalan ke mal” Argo tiba-tiba teringat akan diri mereka yang  selalu mengajak Nadia jalan-jalan. Tapi selalu ditolak oleh cewek tersebut. “Oohhh, jadi itu rahasianya. Kalau begitu, aku juga mau seperti nadia!” Arfan tersenyum. Argo melihat kearah Arfan,“Eeeh, kamu ini bagaimana sih. Katanya kita sepakat tidak akan mau berteman dengan nya karna dia selalu menolak ajakan kita. Kok sekarang kamu malah mau meniru Nadia?” Arfan menjawab dengan tenang, “Iya sih, tapi kan dia begitu karna ada alasan nya. Dia gak mau bergabung karna lebih mementingkan pelajaran. Bukan karna dia sombong. Iya kan?” “Terus kita harus bagaimana dong?” satria ikut menimpali. “Untuk sesuatu yang baik, kita tidak boleh malu menirunya.(sambil memegang buku harian Cinta, terus terang aku banyak mendapat pelajaran dari buku harian ini. Dan kita harus segera mengembalikan buku ini pada Cinta. Kasihan, dia pasti mencari-cari nya. Besok aku akan meminta maaf pada nya.” Jawab Arfan bijak. “Aku juga.” Satria menjawab dengan semangat. “Aku jugaa!” argo tak kalah bersemangat.
Rahasia nadia pada buku harian nya itu telah menyadarkan mereka. Mereka pun saling menumpangkan tangan, lalu bersepakat akan meminta maaf dan tidak akan malu meniru sikap yang dilakukan Nadia.
TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar